Tag: musik rock

Dave Evans Tunjukkan Kepercayaan Diri Sebut Sebagai Vokalis Terbaik AC/DC

Jakarta – Setuju nggak kalau Dave Evans adalah vokalis terbaik AC/DC? Baru-baru ini, Dave mengklaim dirinya sebagai yang terbaik dalam sejarah vokalis band rock legendaris ini.

AC/DC memang dikenal dengan pergantian personel, terutama pada posisi vokalis. Dave Evans menjadi vokalis pertama AC/DC pada 1973-1974, sebelum digantikan oleh Bon Scott (1974-1980) dan Brian Johnson (1980-sekarang).

Dalam wawancara dengan José Luis Mata Sanchez di YouTube, Dave Evans mengungkapkan klaimnya.

“Pertama, Dave Evans adalah yang terbaik, tentu saja, itu aku, oke? Tentu saja. Dan sebagian besar penggemar saya juga akan menyatakan hal serupa,” kata Dave Evans, mengutip NME, Kamis (11/4/2024).

Dave Evans turut mendirikan AC/DC bersama Malcolm Young (gitar), Angus Young (gitar), Colin Burgess (drum), dan Larry Van Kriedt (bas). Dia menambahkan bahwa penggemarnya bahkan memanggilnya dengan julukan “maestro.”

Selain itu, Dave juga memberikan pandangannya tentang perbandingan antara Bon Scott dan Brian Johnson. Menurutnya, kedua vokalis tersebut tidak bisa dibandingkan karena masing-masing memiliki gaya vokal yang unik.

Namun, semua itu tentu saja relatif, tergantung selera setiap pendengar musik AC/DC.

Nah, kalau kamu, lebih suka AC/DC versi vokalis yang mana?

Kontrak Pertama The Beatles dan Kisah Melejitnya Karier Mereka di AS

Jakarta – The Beatles adalah band rock legendaris asal Inggris yang dibentuk di Liverpool pada tahun 1960. Band ini terdiri dari empat anggota: John Lennon, Paul McCartney, George Harrison, dan Ringo Starr. John dan George bermain gitar, Paul sebagai pemain bass, dan Ringo sebagai drummer. The Beatles dianggap sebagai band paling berpengaruh sepanjang masa dan memainkan peran besar dalam perkembangan budaya pop dan musik rock ‘n’ roll di seluruh dunia.

Awal Pertemuan Anggota The Beatles

Pertemuan para anggota The Beatles berawal pada Maret 1956. Saat itu, John Lennon yang berusia 16 tahun membentuk sebuah band skiffle bernama Quarrymen bersama teman-teman sekolahnya. Pada Juli 1957, Paul McCartney bergabung dengan mereka sebagai pemain gitar ritme dan mengajak temannya, George Harrison, untuk menyaksikan penampilan band tersebut.

George kemudian mengikuti audisi untuk bergabung, meskipun John awalnya merasa bahwa George masih terlalu muda. Namun, beberapa bulan kemudian, George menjadi pemain gitar utama. Setelah beberapa kali mengganti nama, band ini akhirnya menamai diri mereka “The Beatles” pada Agustus 1960.

Kontrak Pertama
Pada tahun 1960 hingga 1962, The Beatles tampil di Hamburg, Jerman, dengan pertunjukan sesekali di Liverpool. Pada salah satu pertunjukan mereka di Cavern Club, manajer musik Brian Epstein pertama kali menyaksikan mereka tampil. Pada 10 Desember 1961, Epstein mendekati band ini untuk menawarkan bantuan manajerial. Mereka pun menandatangani kontrak lima tahun pada Januari 1962.

Pada 6 Juni 1962, The Beatles melakukan rekaman pertama mereka di EMI Studios, Abbey Road, London, di bawah produksi George Martin. Mereka merekam empat lagu, termasuk “Love Me Do”, yang menjadi salah satu lagu pertama mereka yang terkenal. Pada 16 Agustus 1962, Epstein menggantikan drummer mereka, Pete Best, dengan Ringo Starr, yang kemudian debut bersama band ini dua hari setelahnya.

Melejit di Amerika Serikat
Album pertama The Beatles melahirkan dua hits besar. Lagu “Love Me Do” mencapai No. 17 di chart Inggris dan No. 1 di Billboard Hot 100 pada 30 Mei 1964, sementara single “Please Please Me” juga meraih No. 1 di Inggris dan No. 3 di Hot 100.

Pada akhir 1963, lagu “I Want to Hold Your Hand” mencapai puncak di Billboard, dan pada Februari 1964, The Beatles melakukan penampilan pertama mereka di variety show AS yang disaksikan lebih dari 70 juta orang. Pada Agustus 1965, The Beatles tampil di Stadion Shea, New York, di hadapan 55.600 penggemar, dengan pendapatan konser yang mencapai 304.000 USD, angka tertinggi saat itu.

Kontroversi John Lennon: “Band Ini Lebih Populer dari Yesus”

Pada 1966, John Lennon membuat komentar kontroversial bahwa band mereka lebih populer dari Yesus. Komentar ini memicu protes, dan album mereka dibakar di Amerika Serikat. Lennon kemudian meminta maaf atas pernyataannya. Kejadian ini, ditambah dengan kelelahan mental dan fisik, mendorong The Beatles untuk berhenti tampil langsung setelah tur terakhir mereka.

Akhir Perjalanan Musik The Beatles
Pada periode 1966-1970, The Beatles mulai bereksperimen dengan musik mereka. Setelah kematian Brian Epstein, hubungan antar anggota mulai tegang, dan proses rekaman menjadi sulit. Namun, mereka masih menghasilkan album-album sukses, dengan empat dari enam rilisan mereka menduduki puncak tangga lagu di Inggris dan AS.

Puncaknya adalah album Abbey Road yang dirilis pada 1969, yang menjadi album terakhir mereka sebelum bubar pada 1970. Penampilan terakhir mereka dilakukan di atap kantor Apple Corps di Savile Row pada Januari 1969.

Setelah bubarnya The Beatles, album terakhir mereka Let It Be dirilis pada 8 Mei 1970, yang kini dianggap sebagai akhir yang emosional bagi grup yang telah mengguncang dunia musik.

J-Rocks, Band dengan Gaya Nyentrik yang Menembus Studio Legendaris

Saat diminta menyebutkan salah satu grup band yang dipengaruhi aliran musik dan budaya Jepang, ingatan kita tentu tertuju pada J-Rocks. Grup band yang digawangi Imam Taufik Rachman (vocalist), Sony Ismail Robayani (guitarist), Swara Wimayoga (bassist), dan Anton Rudi Kelces (drummer) ini mengusung Japanese pop/rock setiap membawakan karya-karya mereka. Huruf “J” yang mengawali nama J-Rocks pun bisa berarti Jepang dan Jakarta (untuk menunjukkan kota asal grup band ini). Mari kita simak kilas balik perjalanan karier J-Rocks di industri musik tanah air, melalui biografi singkat berikut:

J-Rocks menggebrak belantika musik Indonesia setelah sukses menjuarai festival musik yang merupakan hasil kerja sama sebuah merek kopi instan ternama dengan stasiun televisi swasta nasional pada 2004 silam. Acara bertajuk “Nescafe Get Started” tersebut menjadi batu loncatan Imam cs. untuk mencatatkan diri sebagai grup band pendatang baru dengan warna musik dan aksi panggung mereka yang unik sekaligus nyentrik dengan fashion Harajuku. J-Rocks pun resmi terjun ke dunia hiburan dengan menggarap album perdana berjudul “Topeng Sahabat” pada pertengahan 2005, di bawah nama besar Aquarius Musikindo.

Tak butuh waktu lama bagi J-Rocks untuk mendapat tempat di hati penikmat musik tanah air setelah dua singel dalam album perdana mereka—yang masing-masing berjudul “Serba Salah” dan “Into the Silent”—begitu melejit karena menjadi soundtrack film “Dealova”. Angka penjualan album “Topeng Sahabat” bahkan tembus 450.000 kopi. Ingin mengulang kesuksesan yang sama, J-Rocks kembali merilis album kedua pada tahun 2007 yang diberi judul “Spirit”. Album kedua ini kembali mendulang sukses dengan hits andalan “Kau Curi Lagi”. Di lagu tersebut J-Rocks menggandeng musisi muda Prisa Rianzi untuk berkolaborasi.

Album ketiga menjadi ajang pembuktian J-Rocks untuk melebarkan sayap di industri musik internasional. Lewat album “Road to Abbey” yang dirilis pada tahun 2009, Imam cs mendapat kesempatan untuk terbang ke negeri Ratu Elizabeth dan melakukan rekaman di sebuah studio legendaris Abbey Road. Kesempatan emas tersebut didapat setelah J-Rocks memenangkan kompetisi “A Mild Live Soundrenaline 2008”. J-Rocsktar (sebutan fans J-Rocks) pun patut bangga karena idola mereka terpilih sebagai grup band terbaik pada ajang tersebut.

Tahun 2017 ini, J-Rockstar tampaknya tengah bersiap untuk menyambut ­­come back J-Rocks yang akan merilis album terbaru mereka dalam waktu dekat. Album keempat ini terdiri dari 10 lagu yang salah satunya merupakan lagu lama ciptaan Melly Goeslaw yang diaransemen ulang. Aktivitas promosi abum terbaru J-Rocks dipastikan bakal berbeda dari sebelumnya, mengingat imej Harajuku style yang telah ditinggalkan keempat personelnya yang kini beralih ke pretty look.

8 Cerita Inspiratif yang Mewarnai Album Legendaris ‘The Joshua Tree’ U2

Berbekal lagu-lagu hits macam “With or Without You”, “I Still Haven’t Found What I’m Looking For”, dan “Where the Streets Have No Name,” The Joshua Tree masih merupakan album yang relevan hingga sekarang, setelah berusia lebih dari 30 tahun!

Kembali mengenang album legendaris ini, Supermusic sudah menyiap delapan fakta menarik tentangnya. Apa saja fakta-fakta itu? Langsung saja baca selengkapnya, di bawah ini!

1. Padang Pasir The Joshua Tree

Bono, sang vokalis ingin merepresentasikan padang pasir dalam visual yang mengemas album. Ia terinspirasi usai kunjungannya ke Ethiopia yang tandus. Bono juga mengaku pada Rolling Stone bahwa ia melihat lingkaran kemiskinan yang meski serba kekurangan, tetap menjalani hidup dengan jiwa yang kuat. Sang vokalis merasakan ketimpangan signifikan dengan kehidupan di Barat. Ketimpangan yang hebat itu membuatnya mengucapkan bahwa kehidupan barat “terlalu manja”.

2. Rekaman LiveThe Joshua Tree digarap dengan cara yang tidak konvensional. Berbeda dengan sesi rekaman mereka sebelumnya, hampir semua materi album ini direkam secara live. Hal ini jelas berbeda jauh karena U2 tak biasanya merekam materi mereka secara live, melainkan merekam tiap instrumen lalu menggabungkannyaSangat mungkin, metode rekaman inilah asal kekuatan Joshua Tree.

3. Tiga Legenda

Ada tiga nama legenda yang turun tangan sebagai penasihat sekaligus inspirasi dari U2 saat merancang The Joshua Tree. Siapa saja mereka? Bob Dylan, Keith Richard, dan Van Morrison. Para legenda rock dan folk ini menyarakan agar U2 memancing kedua pengaruh Irlandia dan Amerika dalam proses penulisan The Joshua Tree. Bisa jadi, petuah para “dewa” ini pula yang membuat The Joshua Tree menjadi album yang magis.

4. Suami atau Musisi?Bono menulis “With or Without You” dari sudut pandang seorang suami yang kerap tak jalan serasi dengan karier musiknya. Ketika menyusun lagu tersebut, ia menyadari kedua identitasnya tidak ada yang seutuhnya cocok dengan dirinya. Justru, ia menyimpulkan bahwa dirinya tidak bisa menjadi keduanya, namun dirinya itu merupakan hasil perseteruan kedua “peran” itu. Lagu tersebut kemudian akan menjadi single pertama dari U2 yang dirilis dalam format CD.

5. Berdansa!

Sebagai penulis dari trek andalan “Where the Streets Have No Name”, The Edge (gitar) menyusun lagu ini dengan tape rekaman empat trek untuk dan berhasil menciptakan “lagu live paling sempurna dari U2”—menyitir ucapannya di biografi mereka. Ia merasa sangat puas hingga ia menyebutnya sebagai “lagu dengan sentuhan gitar paling hebat” dan “lagu paling hebat dalam hidupnya”. Setelah berhasil merampungkan rekaman versi kasarnya, ia berdansa kegirangan merayakan salah satu pencapaian paling epiknya.

6. Amarah Brian Eno

Brian Eno—legenda musik ambient—adalah salah satu produser album ini. Namun, kehadirannya tidak berarti semuanya berjalan lancar. Justru, ada saat Eno naik darah karena proses rekaman yang terlalu lama di lagu “Where the Street Have No Name”. Saking kesalnya, Eno bahkan sudah terpikir untuk “tak sengaja” menghapus semua tape rekamannya agar Bono cs. harus mengulang sesi tersebut. Untungnya rencana itu gagal karena seorang staf rekaman yang melihat rencana Eno, yang langsung menjatuhkan minuman yang ia sedang nikmati untuk menahan sang produser. Akhirnya tape rekaman tersebut aman. Galak juga, ya?

7. Rest In Peace, Carroll.

Album The Joshua Tree ini dinobatkan sebagai sebuah ode dan didedikasikan kepada Greg Carroll—asisten pribadi Bono. Ia meninggal lantaran kecelakaan motor yang merenggut nyawanya di Dublin. Nomor “One Tree Hill” mengambil nama salah satu kawah gunung berapi kampung halaman Carroll di Selandia Baru. Semua ini diterangkan oleh Bono sewaktu pemakaman rekan dekatnya dilangsungkan.

8. Kesuksesan The Joshua Tree

The Joshua Tree berhasil mengantongi kesuksesan besar, menjadi salah. Lebih dari 25 juta keping diborong, 10 juta di antaranya habis di Amerika Serikat, membuatnya menjadi ten-times platinum bagi RIAA. Pada 1987 album tersebut menjadi yang paling cepat terjual di sejarah Britania Raya, 300 ribu keping ludes dalam dua hari. Debut album ini di AS mendarat di nomor tujuh di tangga lagu pop. Setelah melewati tingga minggu, akhirnya The Joshua Tree merajai posisi pertama tangga nada dan tetap duduk manis pada posisi pamungkas itu selama sembilan minggu! Salut!Itu dia delapan fakta tentang U2 dan album ikoniknya, The Joshua Tree. Selagi itu, coba sejenak mendengarkan ulang keutuhan album yang jebol pada tahun 1987 itu, di bawah ini:

Link terkait :

https://muvaimart.in/

https://mega4dofficial.id/

https://www.mkryptor.com/

https://mega4d-dana.com/

https://www.omenubio.fr/

https://chsz.biz/

https://acfl.co.in/

https://uhamka.id/

Kenapa Nama Hoobastank Jadi Kontroversial? Begini Asal Usulnya!

Tak hanya Hoobastank, dalam daftar yang dibuat oleh The Manual itu pun terdapat band-band lain macam Diarrhea Planet, Lynyrd Skynyrd, hingga Audioslave dan Pitbull.

Hoobastank bahkan sudah pernah masuk ke dalam daftar nama band paling konyol yang dibuat oleh portal berita musik ternama, Rolling Stone, pada 2013 lalu. Nama Hoobastank disebut terlalu konyol, bahkan menjijikan.

Fakta bahwa Hoobastank kerap membuat inovasi pada namanya seperti menjadi h∞bastank atau Hoobustank pun disebut tidak terlalu membantu membuat nama band mereka terdengar lebih bagus.

Ketika diwawancarai oleh Launch Yahoo, Doug Robb sekaligus frontman dari Hoobastank menjelaskan tentang latar belakang nama band mereka. Meski kerap disebut sebagai band dengan nama buruk, Robb menyebut Hoobastank merupakan nama yang keren untuk sebuah band.

“Jika kamu bertanya padaku tentang arti dari nama Hoobastank, itu tidak memiliki arti apapun. Dan aku pikir nama ini sangat keren, ini merupakan salah satu bentuk candaan saat sekolah dulu dan sama sekali tidak memiliki arti,” ujarnya.

Sementara itu, Chris Hesse yang merupakan bassist awal band ini menjelaskan kepada Orlando Florida Guide asal usul mereka memberi nama band seperti itu. Menurutnya, ide nama ini muncul dari sebuha nama jalan di Jerman.

“Saudara Doug adalah wakil presiden BMW Motorcycles dan tinggal di Jerman. Ada jalan di dekat rumahnya yang disebut Jalan Hooba atau semacamnya dan sebelum Doug bisa menyebutkan nama jalan itu dengan benar dia menyebutnya dengan Hoobastank,” kenang Hesse.

“Hal itu agak lucu dan saudaranya itu terus meledeknya sampai sekarang. Saat kami mencari nama band, hampir tidak mungkin menemukan nama band yang belum pernah dipakai. Apapun yang terdengar tampak normal sudah pernah dipakai. Saya tidak ingat bagaimana nama itu muncul, tetapi seseorang mengatakannya dan kami semua langsung setuju,” ujarnya.

“Setelah Anda mengingat nama bandnya, Anda benar, Anda tidak akan pernah bisa melupakannya,” tutur Hesse.

Karya dan Karier Hoobastank Tak Seburuk Namanya

Terlepas dari kritik yang mengalir soal nama bandnya, Hoobastank punya karier yang cukup gemilang di industri musik global. Hoobastank sendiri terbentuk pada 1994 di Agoura Hills, California, Amerika Serikat.

Hoobastank ada karena dimulai dari persaingan Doug Robb dan Dan Estrin di kompetisi band sekolah mereka. Lantas mereka memutuskan untuk bergabung dan membentuk band, kemudian mereka merekrut Markku Lappalainen dan Chris Hesse.

Hoobastank memulai perjalanan mereka dengan bermain di berbagai gigs di Cobalt Cafe, yang saat itu ternyata juga menampilkan Incubus (band rock Amerika Serikat). Sekian waktu berjalan, Hoobastank akhirnya merilis album pertama pada 1998 dengan nama They Sure Don’t Make Basketball Shorts Like They Used To.

Di album ini, aliran musik mereka belum sekeras yang nantinya dikenal sebagai identitas Hoobastank. Di album pertamanya, band ini memasukkan unsur saxophone dari Jeremy Wasser.

Pada proses pembuatan album kedua mereka, Hoobastank mulai mengubah aliran musik dengan menanggalkan suara saxophone Jeremy Wasser. Akhirnya, mereka merilis album kedua dengan nama band mereka ‘Hoobastank’ pada November 2001.

Keputusan untuk tidak menggunakan saxophone lagi di musik mereka membuat karya Hoobastank menjadi lebih dikenal. Lagu Crawling in the Dark yang menjadi line-up pertama dari album kedua mereka muncul sebagi hit dan menempati posisi 68 di Billboard Hot 100, nomor 3 di chart Modern Rock, dan nomor 7 di chart Mainstream Rock.

Single kedua mereka di album ini, Running Away, bahkan menuai kesuksesan lebih dengan menduduki posisi 44 di Billboard Hot 100, dan nomor 2 di Modern Rock chart. Karya-karya ini membawa mereka melakukan tur di Eropa dan Asia hingga mengisi soundtrack dari sebuah film ternama di masanya, The Scorpion King.

Kesuksesan kembali hadir ketika Hoobastank merilis album ketiga bertajuk The Reason pada Desember 2003. Ketika lagu dengan judul sama seperti album mereka rilis pada pertengahan 2004, The Reason langsung menjadi hit dengan menempati posisi kedua di Billboard Hot 100 dan memuncaki US and World Modern Rock chart.

The Reason adalah gerbang lain yang membawa Hoobastank dikenal luas di industri musik dunia. Mereka semakin dikenal setelah menjadi bagian dalam tur Linkin Park Meteora pada awal 2004.

Namun, The Reason juga seolah menjadi titik di mana Hoobastank mulai memudar. Karya-karya mereka selanjutnya tak ada yang bisa mengalahkan ketenaran dari album dan lagu The Reason.

Meski begitu, mereka tetap konsisten berkarya dengan melahirkan sejumlah album baru seperti Every Man for Himself (2006), Fornever (2009), Fight or Flight (2012). Nah, sejak album Fight of Flight ini, Hoobastank absen cukup lama menghasilkan karya baru.

Baru di Maret 2018 atau hampir enam tahun lamanya Hoobastank merilis album baru atau album studio ketujuh mereka dengan tajuk Push Pull. Memang album ini tidak segempar ketika mereka merilis album The Reason, namun ini menjadi pembuktian bahwa musik dan karier Hoobastank tidak seburuk nama band mereka yang sering dikatakan publik.

Saat ini Hoobastank beranggotakan Doug Robb sebagai vokalis, Dan Estrin di posisi gitar, Chris Hesse sebagai drummer, dan Jesse Charland sebagai bassist.

Jejak Aerosmith: Kisah Sukses dan Karya Besar Band Rock Terkenal

Formasi band Aerosmith beberapa kali mengalami perubahan. Gitaris Joe Perry sempat memutuskan keluar pada tahun 1979.
Image of Tempo
Reaksi vokalis Aerosmith Steven Tyler, saat mengibur penggemarnya dalam konser turnya yang berjududl “Aerosmith: Let Rock Rule” di The Forum, Inglewood, California (31/7).

Absolutmetal.com, Jakarta -Tanggal 21 Juni merupakan hari lahir dari drummer Aerosmith Joey Kramer. Joy Kramer aktif menjadi personil Aerosmith sejak dibentuk pada 1970. Ia merupakan orang yang menggagas nama Aerosmith pada 1973.

Melansir Allmusic.com, Aerosmith merupakan grup rock asal Amerika Serikat yang terkenal sebagai salah satu band rock and roll terbesar di Amerika pada tahun 70-an. Pembentukan band Aerosmith bermula ketika Steven Tyler bertemu Joe Perry saat bekerja bersama di kedai es krim Sunapee, New Hampshire pada 1970.

Mereka kemudian mengajak Tom Hamilton untuk mengisi posisi bassist serta Ray Tabano untuk menjadi gitaris kedua. Ray sendiri tak lama akhirnya digantikan oleh Brad Whitford, mantan personil band Earth Inc. Joey Kramer menjadi anggota terakhir yang direkrut mengisi posisi drummer.

Band yang awalnya berbasis di Boston ini terkenal dengan musik mereka yang menggabungkan genre blues, pop rock dan heavy metal.

Pada tahun 1972, Aerosmith akhirnya menekan kontrak perdananya dengan perusahaan rekaman Columbia Records setelah sebelumnya hanya tampil dari klub ke klub di wilayah Massachusetts dan New York selama dua tahun. Debut album mereka diberi judul sama seperti nama band mereka ‘Aerosmith‘ dirilis tahun 1973 dengan lagu ‘Dream On’ sebagai single pertamanya. Rilis album ini diikuti oleh tur Amerika pada tahun berikutnya. Setahun berikutnya mereka kembali merilis album kedua bertajuk ‘Get Your Wings’.

Pita Suara Steven Tyler Rusak Aerosmith Tunda Konser Perpisahan Hingga 2024

Mengenal Steven Tyler Vokalis Aerosmith Berjuluk Demon of Screamin

Mengutip dari Britannica, album ketiga mereka Toys In The Attic dirilis tahun 1975. Album ini bisa dibilang salah satu yang meroketkan nama mereka dan memperoleh pencapaian baik dari sisi komersial maupun artistik.

Lagu Sweet Emotion pada album ini sukses menembus Top chart 40 pada musim panas tahun 1975, dengan album ‘Toys In The Attic’ yang mencapai peringkat 11. Album baru mereka selanjutnya ‘Rocks’ yang dirilis tahun 1976 bahkan mampu menyabet Platinum. Nama Aerosmith semakin naik daun ketika album mereka selanjutnya ‘Draw the Line’ mampu menduduki tangga kesebelas di Amerika.

Formasi band Aerosmith beberapa kali mengalami perubahan. Gitaris Joe Perry sempat memutuskan keluar pada tahun 1979 dan membentuk Joe Perry Project. Gitaris lainnya Brad Whitford juga memutuskan keluar pada tahun 1980 untuk kemudian membentuk band Whitsford-St. Holmes. Kedua posisi yang ditinggalkan tersebut kemudian Jimmy Crespo dan Rick Duffay.

Mengenal Gitaris Aerosmith Brad Whitford

Aerosmith Pamit: Tur Perpisahan Dibatalkan karena Steven Tyler Tak Bisa Pulih dari Cedera Suara

Aerosmith dalam perjalanannya sempat mengalami sejumlah masalah, terutama terkait obat-obatan. Vokalis Tyler misalnya yang ambruk di atas panggung dalam acara tur ‘Back in the Saddle’. Ia dan Perry bahkan sempat menjalani rehabilitasi untuk menyembuhkan kecanduan mereka terhadap obat-obatan.

Grup ini mencapai puncak popularitasnya di awal 90-an ketika menandatangani kontrak bernilai jutaan dolar Amerika Serikat dengan Columbia Records. Tak sampai tahun 1995, mereka telah dapat memulai rekaman pertamanya bersama label barunya, hampir 5 tahun sejak penandatanganan kontrak tersebut. Album Nine Lives mereka garap bekerjasama dengan Kevin Shirley pada tahun 1996.

Aerosmith masih eksis hingga 2022 ini dan sempat akan mengadakan konser residensi musim panas yang dijadwalkan berlangsung di Park MGM’s Dolby Live, Las Vegas pada 17 Juni hingga 11 September meskipun dibatalkan karena vokalis Steven Tyler masuk Rehabilitasi.