Month: February 2025

Mengenal The Script: Band Irlandia yang Pernah Guncang Jakarta dan Surabaya

Jakarta – Grup band rock Irlandia, The Script, akan menggelar konser di Jakarta dan Surabaya. Konser bertajuk Satellites World Tour ini akan diadakan di ICE BSD City pada Jumat, 14 Februari 2025, dan di JATIM Expo pada Ahad, 16 Februari 2025. Tiket untuk kedua kota tersebut akan mulai dijual pada Selasa, 27 Agustus 2024.

Tentang The Script

Dikutip dari Last.fm, The Script adalah band rock asal Dublin, Irlandia, yang dibentuk pada tahun 2001. Grup ini terdiri dari vokalis Danny O’Donoghue, gitaris Mark Sheehan, dan drummer Glen Power. Danny dan Mark telah bersahabat sejak usia 12 tahun. Sebelum membentuk The Script, mereka aktif sebagai anggota grup boyband bernama Mytown, yang dibentuk pada 1996.

Dikutip dari Eirewaves, band ini pindah ke London setelah menandatangani kontrak dengan Label Group Phonogenic. Mereka memulai perjalanan musiknya dengan merilis album debut The Script pada 11 Agustus 2008. Album ini menduduki posisi puncak di tangga album Irlandia dan Inggris.

Single debut mereka, We Cry dan The Man Who Can’t Be Moved, berada di posisi dua. The Script menduduki posisi nomor satu di iTunes Irlandia dan Inggris. Single ketiga mereka, Breakeven, dirilis pada 10 November 2008 dan berada di posisi 21 di chart single Inggris.

Album-Album Populer The Script

Album Science & Faith (2010), #3 (2012), dan No Sound Without Silence (2014) pernah berada di nomor satu tangga album Irlandia dan Inggris. Science & Faith bahkan mencapai posisi kedua di Australia dan ketiga di Amerika Serikat. Beberapa lagu populer dari album-album ini termasuk For the First Time, Nothing, Hall of Fame, dan Superheroes.

Pada periode 2014-2016, The Script melakukan tur untuk album No Sound Without Silence. Tur sembilan bulan tersebut mencakup 56 konser di berbagai negara, termasuk Afrika, Asia, Eropa, Oseania, dan Amerika Utara. Pada 2017, The Script merilis album Freedom Child, yang menyuguhkan lagu Rain, yang mencapai posisi 20 di tangga lagu Inggris. Meskipun mendapat kritik negatif, Freedom Child tetap meraih posisi nomor satu di Irlandia, Skotlandia, dan Inggris.

Album Sunsets & Full Moons dirilis pada November 2019, dengan single hit The Last Time. Pada Oktober 2021, The Script merilis album kompilasi Greatest Hits. Sepanjang kariernya, The Script telah meraih tiga Meteor Ireland Music Awards dan dua World Music Awards, serta dinominasikan untuk dua Brit Awards. Musik mereka sering muncul dalam berbagai acara televisi seperti 90210, Ghost Whisperer, The Hills, The Vampire Diaries, Made in Chelsea, EastEnders, dan Waterloo Road. Danny O’Donoghue, salah satu anggota band, juga pernah menjadi mentor di acara The Voice UK.

Album Terbaru Sebelum Tur

Pada Jumat, 16 Agustus 2024, The Script merilis album terbaru bertajuk Satellites, yang menyuguhkan lagu andalan seperti Both Ways dan At Your Free. Both Ways menampilkan The Script dengan energi baru yang penuh semangat, dengan irama hip-hop dan funk.

Sayangnya, tur dunia kali ini akan berlangsung tanpa Mark Sheehan, yang meninggal pada 14 April 2023, pada usia 46 tahun akibat sakit. Mark Sheehan adalah salah satu pendiri The Script bersama Danny O’Donoghue dan Glen Power pada tahun 2001.

Kontrak Pertama The Beatles dan Kisah Melejitnya Karier Mereka di AS

Jakarta – The Beatles adalah band rock legendaris asal Inggris yang dibentuk di Liverpool pada tahun 1960. Band ini terdiri dari empat anggota: John Lennon, Paul McCartney, George Harrison, dan Ringo Starr. John dan George bermain gitar, Paul sebagai pemain bass, dan Ringo sebagai drummer. The Beatles dianggap sebagai band paling berpengaruh sepanjang masa dan memainkan peran besar dalam perkembangan budaya pop dan musik rock ‘n’ roll di seluruh dunia.

Awal Pertemuan Anggota The Beatles

Pertemuan para anggota The Beatles berawal pada Maret 1956. Saat itu, John Lennon yang berusia 16 tahun membentuk sebuah band skiffle bernama Quarrymen bersama teman-teman sekolahnya. Pada Juli 1957, Paul McCartney bergabung dengan mereka sebagai pemain gitar ritme dan mengajak temannya, George Harrison, untuk menyaksikan penampilan band tersebut.

George kemudian mengikuti audisi untuk bergabung, meskipun John awalnya merasa bahwa George masih terlalu muda. Namun, beberapa bulan kemudian, George menjadi pemain gitar utama. Setelah beberapa kali mengganti nama, band ini akhirnya menamai diri mereka “The Beatles” pada Agustus 1960.

Kontrak Pertama
Pada tahun 1960 hingga 1962, The Beatles tampil di Hamburg, Jerman, dengan pertunjukan sesekali di Liverpool. Pada salah satu pertunjukan mereka di Cavern Club, manajer musik Brian Epstein pertama kali menyaksikan mereka tampil. Pada 10 Desember 1961, Epstein mendekati band ini untuk menawarkan bantuan manajerial. Mereka pun menandatangani kontrak lima tahun pada Januari 1962.

Pada 6 Juni 1962, The Beatles melakukan rekaman pertama mereka di EMI Studios, Abbey Road, London, di bawah produksi George Martin. Mereka merekam empat lagu, termasuk “Love Me Do”, yang menjadi salah satu lagu pertama mereka yang terkenal. Pada 16 Agustus 1962, Epstein menggantikan drummer mereka, Pete Best, dengan Ringo Starr, yang kemudian debut bersama band ini dua hari setelahnya.

Melejit di Amerika Serikat
Album pertama The Beatles melahirkan dua hits besar. Lagu “Love Me Do” mencapai No. 17 di chart Inggris dan No. 1 di Billboard Hot 100 pada 30 Mei 1964, sementara single “Please Please Me” juga meraih No. 1 di Inggris dan No. 3 di Hot 100.

Pada akhir 1963, lagu “I Want to Hold Your Hand” mencapai puncak di Billboard, dan pada Februari 1964, The Beatles melakukan penampilan pertama mereka di variety show AS yang disaksikan lebih dari 70 juta orang. Pada Agustus 1965, The Beatles tampil di Stadion Shea, New York, di hadapan 55.600 penggemar, dengan pendapatan konser yang mencapai 304.000 USD, angka tertinggi saat itu.

Kontroversi John Lennon: “Band Ini Lebih Populer dari Yesus”

Pada 1966, John Lennon membuat komentar kontroversial bahwa band mereka lebih populer dari Yesus. Komentar ini memicu protes, dan album mereka dibakar di Amerika Serikat. Lennon kemudian meminta maaf atas pernyataannya. Kejadian ini, ditambah dengan kelelahan mental dan fisik, mendorong The Beatles untuk berhenti tampil langsung setelah tur terakhir mereka.

Akhir Perjalanan Musik The Beatles
Pada periode 1966-1970, The Beatles mulai bereksperimen dengan musik mereka. Setelah kematian Brian Epstein, hubungan antar anggota mulai tegang, dan proses rekaman menjadi sulit. Namun, mereka masih menghasilkan album-album sukses, dengan empat dari enam rilisan mereka menduduki puncak tangga lagu di Inggris dan AS.

Puncaknya adalah album Abbey Road yang dirilis pada 1969, yang menjadi album terakhir mereka sebelum bubar pada 1970. Penampilan terakhir mereka dilakukan di atap kantor Apple Corps di Savile Row pada Januari 1969.

Setelah bubarnya The Beatles, album terakhir mereka Let It Be dirilis pada 8 Mei 1970, yang kini dianggap sebagai akhir yang emosional bagi grup yang telah mengguncang dunia musik.

Lirik dan Terjemahan “Something in the Way” – Nirvana, Lagu Penuh Emosi dari Kurt Cobain

Absolutmetal.com – Simak terjemahan lirik lagu Something in the Way yang dipopulerkan oleh band rock asal Amerika Serikat, Nirvana.

Lagu Something in the Way diciptakan oleh vokalis sekaligus gitaris Nirvana, Kurt Cobain. Lagu ini dirilis pada tahun 1991 dan termasuk dalam album kedua Nirvana yang berjudul Nevermind.

Berikut lirik lagu Something in the Way dari Nirvana, lengkap dengan terjemahannya:

Lirik Lagu Something in the Way – Nirvana

Underneath the bridge
Tarp has sprung a leak
And the animals I’ve trapped
Have all become my pets
And I’m living off of grass
And the drippings from the ceiling
It’s okay to eat fish
‘Cause they don’t have any feelings

Something in the way, mmm
Something in the way, yeah, mmm
Something in the way, mmm
Something in the way, yeah, mmm
Something in the way, mmm
Something in the way, yeah, mmm

Underneath the bridge
Tarp has sprung a leak
And the animals I’ve trapped
Have all become my pets
And I’m living off of grass
And the drippings from the ceiling
It’s okay to eat fish
‘Cause they don’t have any feelings

Terjemahan Lirik Lagu Something in the Way – Nirvana

Di bawah jembatan
Terpal telah bocor
Dan hewan yang saya jebak
Semuanya menjadi hewan peliharaan saya
Dan aku hidup dari rumput
Dan tetesan dari langit-langit
Tidak apa-apa makan ikan
Karena mereka tidak punya perasaan

Sesuatu di jalan, mmm
Sesuatu di jalan, ya, mmm
Sesuatu di jalan, mmm
Sesuatu di jalan, ya, mmm
Sesuatu di jalan, mmm
Sesuatu di jalan, ya, mmm

Di bawah jembatan
Terpal telah bocor
Dan hewan yang saya jebak
Semuanya menjadi hewan peliharaan saya
Dan aku hidup dari rumput
Dan tetesan dari langit-langit
Tidak apa-apa makan ikan
Karena mereka tidak punya perasaan

Link Terkait :

Kisah Bob Marley: Dari Kelahiran hingga Warisan Abadi di Dunia Reggae

Bob Marley yang kala itu sedang mengalami puncak kejayaannya, harus redup dengan tiba-tiba lantaran kepergiannya di usia cukup muda. Lantas, bagaimana profil sebenarnya dan kisah kematian penyanyi reggae ini?
Ekspresi Bob Marley saat tampil dalam acara Musik  New York Academy di Brooklyn, New York, 1 Mei 1976. Richard E. Marley Natural sedang dikembangkan keluarga Marley bersama Privateer Holding, sebuah perusahaan yang berbasis di Washington. Aaron/Redferns
Ekspresi Bob Marley saat tampil dalam acara Musik New York Academy di Brooklyn, New York, 1 Mei 1976. Richard E. Marley Natural sedang dikembangkan keluarga Marley bersama Privateer Holding, sebuah perusahaan yang berbasis di Washington. Aaron/Redferns

Jakarta – Bob Marley yang lahir pada 6 Februari 1945 di Nine Mile, Jamaika dengan nama asli Robert Nesta Marley adalah seorang penyanyi, musisi, dan penulis lagu Jamaika. Ia menjadi pelopor reggae yang karier bermusiknya memadukan reggae, ska, rocksteady, serta khasnya gaya vokal dan penulisan lagu.

Kontribusi Bob Marley terhadap dunia musik berhasil meningkatkan visibilitas musik Jamaika di seluruh dunia sehingga membuatnya menjadi figur global dalam budaya populer hingga sekarang, sebagaimana dikutip Bob Marley: Herald of a Postcolonial World?

43 Tahun Meninggalnya Bob Marley, Ini 7 Lagu Terpopulernya
5 Kontroversi Bob Marley, Isu Plagiat hingga Poligami

Sepanjang kariernya, Marley dikenal sebagai ikon Rastafari dan ia pun menanamkan rasa spiritualitas pada musiknya. Ia memulai karier musik profesionalnya pada 1963, setelah membentuk The Teenagers bersama Peter Tosh dan Bunny Wailer yang kemudian berganti nama menjadi The Wailers. Grup ini merilis album studio debutnya The Wailing Wailers pada 1965.

Lalu, The Wailers merilis sebelas album studio lagi dan setelah masuk ke Island Records nama band tersebut berubah menjadi Bob Marley and the Wailers. Sekitar akhir 1960 dan awal 1970-an, grup ini mulai terlibat dalam konstruksi lagu berbasis ritmis. Pada era tersebut pula, Marley memutuskan pindah ke London sehingga grup band tersebut mewujudkan perubahan musik dengan merilis album The Best of The Wailers (1971).

Grup ini mulai mendapatkan perhatian internasional setelah menandatangani kontrak dengan Island dan melakukan tur untuk mendukung album Catch a Fire dan Burnin’ pada 1973. Satu tahun kemudian, grup ini bubar, tetapi Marley masih melanjutkannya dengan nama yang sama. Pada 1975, menyusul popularitas global versi Eric Clapton, Marley melakukan terobosan internasionalnya dengan hit pertamanya di luar Jamaika melalui No Woman, No Cry dari album Live!. Terobosan ini diikuti oleh album terobosannya di Amerika Serikat, Rastaman Vibration (1976) yang berhasil mencapai Top 50 di Billboard Soul Charts, seperti tercatat dalam Billboard.

Tak lama dari perilisan album tersebut, Marley selamat dari upaya pembunuhan di rumahnya yang diduga memiliki motif politik. Sebab, Marley diketahui memang aktif dalam dunia politik, ia mendukung legalisasi marijuana dan mengadvokasi Pan-Afrikanisme. Satu tahun kemudian, ia memasukkan musiknya dengan unsur blues, soul, dan rock Inggris sehingga berhasil menikmati kesuksesan komersial dan kritis secara luas.

Kisah Kematian

Mengutip cancerresearchuk.org, pada Juli 1977, Marley didiagnosis melanoma ganas di bawah kuku kaki sebagai gejala kanker. Meskipun diberi saran oleh dokternya untuk melakukan amputasi, tetapi ia menolaknya lantaran akan menghambat karier bermusiknya. Ia pun tetap melakukan tur dan sedang dalam proses penjadwalan tur dunia 1980. Suatu waktu, ia pingsan ketika joging dan dibawa ke rumah sakit. Kala itu, dokter menyatakan bahwa kankernya telah menyebar ke otak, paru-paru, dan hati.

Tak lama kemudian, kesehatan Marley semakin memburuk. Sisa turnya pun dibatalkan, ia terakhir melakukan konser di Pennsylvania (1980) yang selanjutnya dibawa ke Jerman untuk melakukan pengobatan alternatif. Setelah 8 bulan gagal mengobati kankernya secara efektif, Marley pulang ke Jamaika.

Selama penerbangan, fungsi vital Marley memburuk. Setelah mendarat di Miami, Florida, ia langsung dibawa ke Rumah Sakit Cedars of Lebanon untuk melakukan perawatan medis. Pada 11 Mei 1981, ketika berusia 36 tahun, dokter menyatakan Marley meninggal karena penyebaran kenkaer melanoma ke paru-paru dan otaknya.

Penghargaan

Tiga tahun setelah kepergiannya, album hits Legend dirilis dan menjadi album reggae terlaris sepanjang masa. Setelah kematiannya, Bob Marley sangat dihormati secara anumerta oleh Jamaika dengan Order of Merit yang ditunjuk oleh bangsanya. Penghargaan lainnya meliputi Grammy Lifetime Achievement Award, bintang di Hollywood Walk of Fame, dan induksi ke Black Music & Entertainment Walk of Fame.

J-Rocks, Band dengan Gaya Nyentrik yang Menembus Studio Legendaris

Saat diminta menyebutkan salah satu grup band yang dipengaruhi aliran musik dan budaya Jepang, ingatan kita tentu tertuju pada J-Rocks. Grup band yang digawangi Imam Taufik Rachman (vocalist), Sony Ismail Robayani (guitarist), Swara Wimayoga (bassist), dan Anton Rudi Kelces (drummer) ini mengusung Japanese pop/rock setiap membawakan karya-karya mereka. Huruf “J” yang mengawali nama J-Rocks pun bisa berarti Jepang dan Jakarta (untuk menunjukkan kota asal grup band ini). Mari kita simak kilas balik perjalanan karier J-Rocks di industri musik tanah air, melalui biografi singkat berikut:

J-Rocks menggebrak belantika musik Indonesia setelah sukses menjuarai festival musik yang merupakan hasil kerja sama sebuah merek kopi instan ternama dengan stasiun televisi swasta nasional pada 2004 silam. Acara bertajuk “Nescafe Get Started” tersebut menjadi batu loncatan Imam cs. untuk mencatatkan diri sebagai grup band pendatang baru dengan warna musik dan aksi panggung mereka yang unik sekaligus nyentrik dengan fashion Harajuku. J-Rocks pun resmi terjun ke dunia hiburan dengan menggarap album perdana berjudul “Topeng Sahabat” pada pertengahan 2005, di bawah nama besar Aquarius Musikindo.

Tak butuh waktu lama bagi J-Rocks untuk mendapat tempat di hati penikmat musik tanah air setelah dua singel dalam album perdana mereka—yang masing-masing berjudul “Serba Salah” dan “Into the Silent”—begitu melejit karena menjadi soundtrack film “Dealova”. Angka penjualan album “Topeng Sahabat” bahkan tembus 450.000 kopi. Ingin mengulang kesuksesan yang sama, J-Rocks kembali merilis album kedua pada tahun 2007 yang diberi judul “Spirit”. Album kedua ini kembali mendulang sukses dengan hits andalan “Kau Curi Lagi”. Di lagu tersebut J-Rocks menggandeng musisi muda Prisa Rianzi untuk berkolaborasi.

Album ketiga menjadi ajang pembuktian J-Rocks untuk melebarkan sayap di industri musik internasional. Lewat album “Road to Abbey” yang dirilis pada tahun 2009, Imam cs mendapat kesempatan untuk terbang ke negeri Ratu Elizabeth dan melakukan rekaman di sebuah studio legendaris Abbey Road. Kesempatan emas tersebut didapat setelah J-Rocks memenangkan kompetisi “A Mild Live Soundrenaline 2008”. J-Rocsktar (sebutan fans J-Rocks) pun patut bangga karena idola mereka terpilih sebagai grup band terbaik pada ajang tersebut.

Tahun 2017 ini, J-Rockstar tampaknya tengah bersiap untuk menyambut ­­come back J-Rocks yang akan merilis album terbaru mereka dalam waktu dekat. Album keempat ini terdiri dari 10 lagu yang salah satunya merupakan lagu lama ciptaan Melly Goeslaw yang diaransemen ulang. Aktivitas promosi abum terbaru J-Rocks dipastikan bakal berbeda dari sebelumnya, mengingat imej Harajuku style yang telah ditinggalkan keempat personelnya yang kini beralih ke pretty look.

Dari Black Sabbath hingga Metallica, Ini 9 Lagu Metal Paling Berpengaruh Mengubah Industri Musik

Lagu metal memiliki peran esensial dan penting terhadap kelahiran subgenre metal lainnya. Lagu-lagu metal pun banyak dijadikan acuan oleh band-band metal penerusnya, maka tak heran jika lagu metal tak pernah mati.

Seperti halnya lagu pop atau lagu-lagu dari genre lain, lagu-lagu metal memiliki sejarah panjang dengan perkembangan yang dinamis. Makna musik metal pun selalu mengalami perubahan dan pergeseran, setidaknya setiap 10 tahun sekali. Mulai dai band-band heavy-metal yang berjaya pada dekade 1970-an seperti Led Zeppelin atau Black Sabbath. Lalu mengalami pergeseran lagi pada dekade 1980-an lewat kemunculan Metallica dan Iron Maiden. Lagu metal pun bergeser lagi setelah dekade 1990-an lewat kemunculan Slipknot atau Killswitch Engage. Demikian halnya dengan dekade 2000-an hingga kini.

Beberapa pergeseran makna lagu metal dari masing-masing dekade itu adalah sebuah ilustrasi yang menggambarkan betapa luasnya musik dan lagu metal. Lebih jauh, lagu metal pun memiliki cakupan lebih luas lagi setelah munculnya band-band metal dari berbagai wilayah seperti Eropa lewat band-band metal Skandinavia, maupun dari Asia, termasuk Indonesia. Lahirnya berbagai subgenre metal itulah yang terus memperkaya pengertian musik dan lagu metal.

Di balik itu, ada sejumlah lagu metal terbaik yang pengaruhnya sangat besar terhadap perkembangan dunia musik. Jadi, inilah sembilan lagu metal terbaik dan paling berpengaruh sepanjang masa.

Deep Purple – Smoke on the Water

Lagu Deep Purple berjudul Smoke on the Water disebut-sebut sebagai lagu metal paling berpengaruh sepanjang masa. Lagu ini memberi pengaruh yang signifikan terhadap masa awal musik metal di dunia, meski tidak sekuat pengaruh band metal ikonik macam Black Sabbath atau Led Zeppelin. Smoke on the Water dianggap sebagai lagu dengan riff gitar paling mudah dikenali dalam sejarah musik. Gaya bermain shred guitar yang sangat populer pada dekade 1980-an.

Metallica – Master of Puppets

Master of Puppets adalah lagu metal selanjutnya yang dinilai paling berpengaruh sepanjang masa. Pedoman utama lagu ini adalah riff gitar yang berat dan memang sudah menjadi ciri khas Metallica. Lagu ini menginspirasi dan memberi pengaruh besar pada banyak band heavy metal dekade 1980 dan 1990-an. Pengaruh mereka pun berhasil menyentuh banyak musisi dari berbagai spektrum, terutama tentang penulisan lagu.

Slayer – Black Magic

Black Magic dari Slayer adalah lagu metal paling berpengaruh sepanjang masa berikutnya. Lagu ini sangat cepat dan intens, meski liriknya kontroversial. Black Magic adalah salah satu lagu yang menjadi pondasi utama Slayer hingga menciptakan lagu-lagu selanjutnya. lagu ini dianggap memiliki pengaruh yang sangat luas terhadap perkembangan subgenre speed metal. Bahkan Slayer juga dianggep memberikan fondasi terhadap perkembangan subgenre black metal.

Judas Priest – Living After Midnight

Judas Priest adalah band besar yang disebut-sebut pertama kali menemukan subgenre heavy-metal. Pengaruh besar band ini juga terasa pada budaya populer dunia. Lagu Living After Midnight memang berorientasi pada musik rock ketimbang lagu metal. Tetapi, lagu ini memiliki hook yang mudah dan disukai banyak orang. Lagu ini secara tak langsung juga menarik perhatian orang kepada musik heavy-metal.

Iron Maiden – Hallowed by the Name

Iron Maiden memiliki kontribusi yang besar dalam perkembangan musik metal. Mereka adalah band yang memberi pengaruh pada lagu-lagu metal dari band besar dunia seperti Metallica. Iron Maiden juga meletakkan pondasi penting dalam perkembangan musik power metal. Lagu Hallowed by the Name adalah lagu puncak yang pernah mereka ciptakan. Aransemennya memukau dan rhythm-nya powerful.

Motorhead – Ace of Spades

Kombinasi unik dari musik punk dan metal berhasil dibawakan dengan baik oleh Motorhead. Pada akhirnya, musik Motorhead menjadi cikal bakal terbentuknya subgenre thrash metal. Ace of Spades adalah perpaduan kecepatan dan agresivitas untuk menyempurnakan nyawa blues yang terkandung dalam lagu ini. Perpaduan yang di luar nalar itu memberi pengaruh kepada band-band metal legendaris lainnya.

Rage Against The Machine – Killing In The Name

Rage Against The Machine sukses juga memiliki lagu terbaik dan berpengaruh sepanjang masa. Band ini berhasil pula menggabungkan rap dan metal, salah satunya lewat lagu Killing in the Name di awal dekade 1990-an. Lagu ini sangat powerful dengan riff yang hard hitting dan penuh inspirasi serta sektor vokal yang merima dan politikal. Lagu mereka yang berjudul “Killing in the Name” adalah sebuah mars pembangkangan.

Mastodon – Iron Tusk

Mastodon lewat lagunya, Iron Tusk, menghidupkan kembali musik stoner, sludge, dan progressive metal selama satu dekade terakhir. Mastodon memiliki konsep album yang luar biasa menyegarkan dan terbukti sukses yang kemudian diikuti oleh band-band lainnya. Apalagi albumnya yang berjudul Leviathan memiliki pengaruh besar dan dinobatkan sebagai salah satu album terbaik abad ke-21.

Pantera – Walk

Pantera merupakan band yang berjasa mempopulerkan subgenre groove metal. Band ini juga memberi pengaruh terhadap subgenre lain seperti musik nu metal, metalcore, dan berbagai bentuk dari musik alternative metal. Lagunya yang berjudul Walk adalah salah satu lagu metal terbaik yang pernah ditulis. Lagu ini berhasil merevitalisasi metal dan mendefinisikan ulang tentang bagaimana sebuah lagu metal sebaiknya dimainkan. Pantera memberikan fokus berlebih terhadap groove, perasan, dan konstruksi riff yang terukur ketimbang memasukkan solo gitar yang panjang.

8 Cerita Inspiratif yang Mewarnai Album Legendaris ‘The Joshua Tree’ U2

Berbekal lagu-lagu hits macam “With or Without You”, “I Still Haven’t Found What I’m Looking For”, dan “Where the Streets Have No Name,” The Joshua Tree masih merupakan album yang relevan hingga sekarang, setelah berusia lebih dari 30 tahun!

Kembali mengenang album legendaris ini, Supermusic sudah menyiap delapan fakta menarik tentangnya. Apa saja fakta-fakta itu? Langsung saja baca selengkapnya, di bawah ini!

1. Padang Pasir The Joshua Tree

Bono, sang vokalis ingin merepresentasikan padang pasir dalam visual yang mengemas album. Ia terinspirasi usai kunjungannya ke Ethiopia yang tandus. Bono juga mengaku pada Rolling Stone bahwa ia melihat lingkaran kemiskinan yang meski serba kekurangan, tetap menjalani hidup dengan jiwa yang kuat. Sang vokalis merasakan ketimpangan signifikan dengan kehidupan di Barat. Ketimpangan yang hebat itu membuatnya mengucapkan bahwa kehidupan barat “terlalu manja”.

2. Rekaman LiveThe Joshua Tree digarap dengan cara yang tidak konvensional. Berbeda dengan sesi rekaman mereka sebelumnya, hampir semua materi album ini direkam secara live. Hal ini jelas berbeda jauh karena U2 tak biasanya merekam materi mereka secara live, melainkan merekam tiap instrumen lalu menggabungkannyaSangat mungkin, metode rekaman inilah asal kekuatan Joshua Tree.

3. Tiga Legenda

Ada tiga nama legenda yang turun tangan sebagai penasihat sekaligus inspirasi dari U2 saat merancang The Joshua Tree. Siapa saja mereka? Bob Dylan, Keith Richard, dan Van Morrison. Para legenda rock dan folk ini menyarakan agar U2 memancing kedua pengaruh Irlandia dan Amerika dalam proses penulisan The Joshua Tree. Bisa jadi, petuah para “dewa” ini pula yang membuat The Joshua Tree menjadi album yang magis.

4. Suami atau Musisi?Bono menulis “With or Without You” dari sudut pandang seorang suami yang kerap tak jalan serasi dengan karier musiknya. Ketika menyusun lagu tersebut, ia menyadari kedua identitasnya tidak ada yang seutuhnya cocok dengan dirinya. Justru, ia menyimpulkan bahwa dirinya tidak bisa menjadi keduanya, namun dirinya itu merupakan hasil perseteruan kedua “peran” itu. Lagu tersebut kemudian akan menjadi single pertama dari U2 yang dirilis dalam format CD.

5. Berdansa!

Sebagai penulis dari trek andalan “Where the Streets Have No Name”, The Edge (gitar) menyusun lagu ini dengan tape rekaman empat trek untuk dan berhasil menciptakan “lagu live paling sempurna dari U2”—menyitir ucapannya di biografi mereka. Ia merasa sangat puas hingga ia menyebutnya sebagai “lagu dengan sentuhan gitar paling hebat” dan “lagu paling hebat dalam hidupnya”. Setelah berhasil merampungkan rekaman versi kasarnya, ia berdansa kegirangan merayakan salah satu pencapaian paling epiknya.

6. Amarah Brian Eno

Brian Eno—legenda musik ambient—adalah salah satu produser album ini. Namun, kehadirannya tidak berarti semuanya berjalan lancar. Justru, ada saat Eno naik darah karena proses rekaman yang terlalu lama di lagu “Where the Street Have No Name”. Saking kesalnya, Eno bahkan sudah terpikir untuk “tak sengaja” menghapus semua tape rekamannya agar Bono cs. harus mengulang sesi tersebut. Untungnya rencana itu gagal karena seorang staf rekaman yang melihat rencana Eno, yang langsung menjatuhkan minuman yang ia sedang nikmati untuk menahan sang produser. Akhirnya tape rekaman tersebut aman. Galak juga, ya?

7. Rest In Peace, Carroll.

Album The Joshua Tree ini dinobatkan sebagai sebuah ode dan didedikasikan kepada Greg Carroll—asisten pribadi Bono. Ia meninggal lantaran kecelakaan motor yang merenggut nyawanya di Dublin. Nomor “One Tree Hill” mengambil nama salah satu kawah gunung berapi kampung halaman Carroll di Selandia Baru. Semua ini diterangkan oleh Bono sewaktu pemakaman rekan dekatnya dilangsungkan.

8. Kesuksesan The Joshua Tree

The Joshua Tree berhasil mengantongi kesuksesan besar, menjadi salah. Lebih dari 25 juta keping diborong, 10 juta di antaranya habis di Amerika Serikat, membuatnya menjadi ten-times platinum bagi RIAA. Pada 1987 album tersebut menjadi yang paling cepat terjual di sejarah Britania Raya, 300 ribu keping ludes dalam dua hari. Debut album ini di AS mendarat di nomor tujuh di tangga lagu pop. Setelah melewati tingga minggu, akhirnya The Joshua Tree merajai posisi pertama tangga nada dan tetap duduk manis pada posisi pamungkas itu selama sembilan minggu! Salut!Itu dia delapan fakta tentang U2 dan album ikoniknya, The Joshua Tree. Selagi itu, coba sejenak mendengarkan ulang keutuhan album yang jebol pada tahun 1987 itu, di bawah ini:

Link terkait :

https://muvaimart.in/

https://mega4dofficial.id/

https://www.mkryptor.com/

https://mega4d-dana.com/

https://www.omenubio.fr/

https://chsz.biz/

https://acfl.co.in/

https://uhamka.id/

Amy Lee Tanggapi Isu Gabung Linkin Park, Benarkah Gantikan Chester?

Chester Bennington, vokalis grup band asal AS, Linkin Park, tampil di atas panggung saat pesta peluncuran album iHeartRadio yang digelar State Farm di iHeartRadio Theatre Los Angeles, di Burbank, California, Senin (22/5/2017) waktu setempat. Seperti diberitakan, Chester meninggal dunia dengan bunuh diri pada Kamis (20/7/2017) waktu setempat, dalam usia 41 tahun.
Chester Bennington, vokalis grup band asal AS, Linkin Park, tampil di atas panggung saat pesta peluncuran album iHeartRadio yang digelar State Farm di iHeartRadio Theatre Los Angeles, di Burbank, California, Senin (22/5/2017) waktu setempat. Seperti diberitakan, Chester meninggal dunia dengan bunuh diri pada Kamis (20/7/2017) waktu setempat, dalam usia 41 tahun.(AFP / GETTY IMAGES FOR IHEARTMEDIA / RICH FURY)

Penyanyi utama band Evanescence, Amy Lee, menjawab kabar yang menyebut dirinya bakal menjadi vokalis baru Linkin Park selepas kepergian Chester Bennington. Sebelumnya, pentolan band Orgy, Jay Gordon, memicu rumor tentang kembalinya Linkin Park dengan vokalis wanita baru. Ketika didesak selama wawancara tentang apa yang telah dia lewatkan, Jay Gordon melanjutkan dengan mengatakan: “Jangan mengutip saya tentang hal itu. Saya tidak yakin siapa penyanyinya, tapi saya dengar penyanyinya perempuan. Mereka mungkin mencoba untuk terus maju seperti itu. Itu pasti menarik.”

Kemudian, Jay Gordon mengeluarkan pernyataan yang mengklarifikasi komentarnya: “Sehubungan dengan masalah penyanyi linkin park ini. Saya tidak tahu apa-apa tentang semua itu. Orang-orang pasti suka mengartikan kata-kata saya di luar konteks. Saya mencintai orang-orang itu dan mendoakan yang terbaik untuk mereka.” Meskipun tampak mengatakan bahwa pewawancara Mike Z adalah orang yang mengemukakan saran tentang penyanyi wanita baru tersebut, sebenarnya Gordon lah yang mengangkat topik tersebut tanpa diminta.

Namun kini, rumor mengenai kemungkinan Linkin Park dipimpin oleh seorang vokalis wanita telah membuat banyak orang berpendapat bahwa Amy Lee dari Evanescence akan menggantikan mendiang Chester Bennington, yang meninggal pada tahun 2017. Dalam sebuah wawancara baru dengan iHeart Radio Kanada, Amy Lee dengan tegas menepis kabar bahwa dia telah melakukan pembicaraan dengan Linkin Park untuk mengambil alih tugas vokal: “Itu adalah pujian yang luar biasa. Saya belum pernah mendengarnya. Tidak, saya belum dihubungi atau semacamnya. Tapi [saya] penggemar berat merasa seperti dunia kita, basis penggemar kita adalah orang-orang yang sama.”

Amy Lee kemudian menjelaskan bahwa tingkat interaksinya dengan anggota Linkin Park dimulai ketika dia dan Chester berada di studio pada waktu yang sama dan mengobrol singkat beberapa tahun yang lalu. Meskipun Amy Lee mengatakan bahwa dia bukan penyanyi baru Linkin Park, tapi dia tidak sepenuhnya tertutup terhadap ide tersebut, dan membiarkan pintu terbuka untuk tugas “paruh waktu” dengan band jika mereka merasa kembali: “Tidak, tidak BENAR (jadi vokalis tetap Linkin Park). Tapi itu luar biasa. Mereka seharusnya bertanya padaku tentang hal itu. Saya tidak punya banyak waktu luang, tapi saya mungkin melakukannya paruh waktu.”

Ada pun, Linkin Park baru-baru ini merilis album hits terbesar sepanjang kariernya, bertajuk Papercuts (Singles Collection 2000-2023). Itu dirilis pada 12 April melalui Warner dan mencakup lagu klasik seperti “In The End”, “Burn It Down” dan “Numb”. Rekaman ini juga menampilkan lagu yang belum pernah dirilis sebelumnya yang dibintangi oleh Chester Bennington, “Friendly Fire”.

Lagu ini direkam selama sesi untuk album studio terakhir grup tersebut, One More Light tahun 2017, yang mana Chester Bennington meninggal pada akhir tahun itu.

Mengenal Bring Me The Horizon: Perjalanan Karier Band Rock Inggris hingga Tampil di Jakarta

Profil dan perjalanan karier Bring Me The Horizon, band rock yang akan konser di Jakarta.

Bring Me The Horizon memberi kabar bahagia di pertengahan tahun ini karena Oliver dan kawan-kawan akan menggelar konser di Jakarta pada 10 November mendatang di Beach City International Stadium, Ancol. Band yang mengusung genre rock dan metal ini diketahui tengah konser keliling Asia, sama seperti band One Ok Rock yang akan konser juga di Jakarta.

Sebelum menyapa para penggemar di Indonesia, Oliver dan empat rekannya lebih dulu manggung di Bangkok pada 7 November 2023 mendatang. Pengumuman konser di Jakarta pun menuai sambutan hangat, apalagi Oliver sempat memberi kode perihal konser ini lewat akun media sosialnya.

Awalnya Bring Me The Horizon berniat mengadakan konser selama satu hari dengan mengundang band I Prevail sebagai guest star. Akan tetapi, antusias para penggemar tanah air yang tinggi berhasil membuat tiket sold out dalam waktu satu jam saja.

BMTH Konser 2 Hari di Jakarta

Penambahan jadwal konser menjadi dua hari pun disambut dengan baik oleh fans-fans yang belum mendapatkan tiket. Konser Bring Me The Horizon tak hanya membalas kerinduan penggemar, tapi juga jadi saksi kalau band ini sudah 19 tahun berkarier di industri musik.

Di balik perjalanan karier yang sudah panjang, tapi BMTH masih tetap eksis dengan karya-karya mereka yang legendaris. Kamu penasaran dengan profil, sejarah, dan perjalanan karier mereka selama ini? Yuk, simak ulasannya di bawah ini.

Profil Bring Me The Horizon

Profil dan sejarah terbentuknya band rock metal asal Inggris, Bring Me The Horizon.
Sumber: Prambors.fm

Band beraliran musik rock dan metal ini beranggotakan Olive Sykes (vokalis), Curtis Ward (gitaris), Lee Malia (gitaris), Matt Kean (bassist), dan Matt Nicholls (drummer). Namun, band ini sempat mengalami perubahan personil.

Perubahan ini terjadi setelah nama Bring Me The Horizon mulai melambung di kancah musik sejak mereka mengeluarkan album Count Your Blessings di tahun 2006. Kemudian pada tahun 2009, Curtis Wad memutuskan hengkang dari band yang telah membesarkan namanya. Curtis Ward keluar dari BMTH karena alasan pribadi yang tidak diketahui oleh publik.

Kepergian Curtis Ward dari Bring Me The Horizon memang sangat disayangkan karena dirinya merupakan gitaris utama band. Curtis memiliki peran yang besar dalam membangun band ini hingga dapat terkenal bersama Oli dan Lee Malia.

Biar begitu, kehilangan Curtis tidak membuat Bring Me The Horizon terpuruk. Setelah Curtis hengkang, Jordan Fish melengkapi formasi sebagai keyboardist dan menemani BMTH menapaki jalan kesuksesan yang baru.

Sejarah Terbentuknya Bring Me The Horizon

Nama Bring Me The Horizon memang terdengar unik, ya. Namun, tahukah kamu kalau nama band ini terinspirasi dari film Pirates of the Caribbean, lho! Dalam film petualangan itu, kapten Jack Sparrow mengatakan sebuah kalimat ikonik pada adegan penutup, yaitu “bring me the horizon” yang kemudian menginspirasi Oli dan kawan-kawan.

Pada awalnya, Oliver Sykes bertemu dengan Matt Nicholls di sebuah acara band metal yang digelar di London. Tak disangka mereka memiliki minat yang sama dengan musik dan akhirnya berteman.

Pertemanan mereka berlanjut hingga Oli dan Matt bertemu Lee Malia di konser band metal yang bernama Bad Legion. Lee Malia memiliki pengetahuan dan minat dalam bermusik. Oli, Matt, dan Lee Malia pun sepakat ingin membentuk band mereka sendiri yang beraliran musik deathcore.

Bring Me The Horizon pun terbentuk pada tahun 2004 di Sheffield, Inggris yang para anggotanya masih remaja berusia 15-17 tahun. Perjalanan karier mereka pun dimulai hingga di tahun ini, BMTH sudah mencapai usia 19 tahun, lho!

Perjalanan Karier Bring Me The Horizon

Perjalanan karier Bring Me The Horizon yang akan konser di Jakarta pada 10 November 2023.

Bring Me The Horizon memulai karier dengan merilis EP (album pendek) bertajuk This Is What the Edge of Your Seat Was Made For di tahun 2005. Di awal karier BMTH, Oli dan kawan-kawan tergabung dalam label rekaman lokal yang ada di Inggris, yaitu Thirty Days of Night Records.

Fakta uniknya, BMTH adalah band pertama yang mendaftar di label rekaman tersebut. Mereka memulai karier di label rekaman lokal, tetapi Oli dan kawan-kawan pindah ke label yang lebih terkenal untuk membuka peluang kesuksesan.

Oli dan empat rekannya kemudian bergabung di label Visible Noise dan melakukan perilisan ulang mini album pertama mereka. Kesuksesan pun menghampiri mereka saat album Count Your Blessings yang dirilis tahun 2006 mendapat sambutan positif dari publik.

Perjalanan BMTH Menembus Pasar Musik Internasional

Jalan kesuksesan terbuka lebar setelah kesuksesan album ini karena BMTH mendapat tawaran dari berbagai label rekaman terkenal, salah satunya adalah label Epitaph Records dari Amerika. Sejak saat itu, karier Bring Me The Horizon meroket dengan popularitas yang terus mengikuti mereka.

Akan tetapi, BMTH mendapatkan banyak kritikan di awal debut terkait gaya bermusik dan aksi panggung. Namun, perilisan album Suicide Season di tahun 2008 membawa nama band mereka ke arah yang lebih baik.

Setelah itu, BMTH merilis album There Is a Hell Believe Me I’ve Seen It (2010) yang berjasa membuka jalan bagi mereka untuk memasuki kancah musik internasional. Karier band ini kian menanjak ketika album Sempiternal (2013) berhasil terjual sebanyak 60.000 kopi di Inggris.

Puncak karier mereka terjadi di tahun 2015 saat album That’s the Spirit (2015) berhasil mendapatkan posisi di UK Albums Chart dan US Billboard 200. Album Amo yang rilis tahun 2019 juga berhasil memuncaki tanggal lagu di Inggris.

Kini Bring Me The Horizon menjadi salah satu band legendaris di dunia dengan sederet lagu populer dan penghargaan yang mengiringi perjalanan karier mereka selama 19 tahun, Sob.

Rob Bourdon Pisah dari Linkin Park, Warisan Chester Bennington Terlalu Berat

rob-bourdon-keluar-dari-linkin-park-karena-tak-bisa-move-on-dari-chester-bennington
Rob Bourdon dan mendiang Chester Bennington

JAKARTA, absolutmetal.com – Drummer Linkin Park, Rob Bourdon keluar dari Linkin Park berbarengan dengan band yang merilis lagu baru “The Emptiness Machine” dengan vokalis baru Linkin Park Emily Armstrong pada 6 September 2024.

Alasan keluarnya Rob Bourdon dari Linkin Park diungkap Mike Shinoda, yakni karena belum bisa move on dari vokalis Linkin Park yang dulu, yakni mendiang Chester Bennington.

Chester Bennington meninggal dunia pada tahun 2017.

Kepergian Chester Bennington membuat Rob Bourdon menolak untuk bergabung kembali dengan Linkin Park.

“Rob pernah berkata kepada kami, mungkin beberapa tahun yang lalu, bahwa ia ingin menjauhkan diri dari band. Dan kami memahaminya, itu sudah jelas,” ujar Mike Shinoda, leader Lilnkin Park dalam wawancara bersama Billboard, dikutip Selasa (10/9/2024).

Sepeninggalnya Chester Bennington, Rob Bourdon mulai menjauh dari hiruk pikuk kesibukan Linkin Park.

Mike Shinoda selaku vokalis Linkin Park dari formasi awal turut menyadari hal ini.

“Rob Bourdon mulai jarang muncul, jarang berhubungan, dan saya tahu para penggemar juga menyadarinya,” kata Mike Shinoda.

“Saat merilis ulang ‘Hybrid Theory’ dan merilis ‘Papercuts’, ia tidak muncul sama sekali,” imbuh Mike Shinoda.

Kendati demikian, Mike Shinoda tetap menghargai keputusan rekan lamanya itu atas Linkin Park.

“Jadi bagi saya, sebagai seorang teman, itu menyedihkan. Tetapi di saat yang sama, saya ingin ia melakukan apa pun yang membuatnya bahagia, dan tentu saja semua orang mendoakan yang terbaik untuknya,” tutur Mike Shinoda.

Setelah Kedatangan Emily Armstrong Sebagai gantinya, Mike Shinoda (vokalis) menunjuk Colin Brittain untuk menggantikan posisi Rob Bourdon sebagai drummer Linkin Park yang baru.

Adapun Linkin Park telah mengumumkan enam pertunjukan di seluruh dunia yang dimulai bulan ini dan berakhir pada bulan November 2024, termasuk pertunjukan di O2, London pada tanggal 24 September mendatang.

Pra-penjualan LP Underground fan club Linkin Park dimulai 6 September dan tiket umum ditayangkan pada 7 September melalui situs resmi Linkin Park.